Undergraduate Theses
Permanent URI for this collectionhttps://repository.unimerz.ac.id/handle/123456789/52
Browse
4 results
Search Results
Item ANALISIS LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN SINDROM METABOLIK(Perpustakaan Megarezky, 2025-08-15) DESIANA NATALIA RAHAWARINDiabetes Melitus Tipe 2 adalah jenis penyakit diabetes akibat gangguan metabolisme yang ditandai dengan glukosa darah mengalami kenaikan atau hiperglikemia karena terjadi penurunan sekresi insulin oleh gangguan fungsi insulin (resistensi insulin). Hiperglikemia yang tinggi dalam waktu lama pada penderitas diabetes melitus tipe 2 dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler gaga ginjal ( nefropati diabetik ) menjadi salah satu komplikasi mikrovaskuler pemeriksaan laju filtrasi glomerulus di lakukan unruk memantau perjalanan penyakit diabetes melitus tipe 2 yang beresiko menyebabkan terjadinya komplikasi.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui berapakah laju filtrasi glomerulus pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan sindrom metabolik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif pendekatan observasional laboratorium. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 30 sampel yang didapatkan melalui teknik purposive sampling berdasarkan kriteria subjek penelitian di RSUD Labuang Baji,Provinsi Sulawesi Selatan. Data dari hasil penelitian diolah secara deskriktif dalam bentuk tabel dan dinarasikan. Berdasarkan hasil penelitian Laju filtrasi glomerulus,terdapat 30 (100%) subjek memiliki LFG menurun sebagai penanda penurunan fungsi ginjal, selanjutnya dianalisis menggunakan uji Regresi Linier Berganda. Berdasarkan hasil uji regresi menggunakan SPSS diperoleh hasil tidak terdapat korelasi antara sindrom metabolik dengan Laju Filtrasi Glomerulus. Kesimpulan 30 subjek mengalami penurunan Laju Filtrasi Glomerulus.Item PENGARUH HASIL PERASAN DAUN KACANG TANAH (Arachis Hypogaea L) SEBAGAI ANTI DIABETIK TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus L(Perpustakaan Megarezky, 2025-08-05) DOMINIQUE BEATRIX APRILIA SISWANTODiabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termaksud heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perasan daun kacang tanah (Arachis hypogeal L) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus Norvegicus L). Metode penelitian ini bersifat ekperimental menggunakan hewan tikus putih jantan dengan pemberian perasan daun kacang tanah (Arachis hypogeal L) hewan uji di kelompokkan dalam 5 kelompok yaitu : Kontrol (-) tanpa perlakuan, Kontrol (+) diberikan dosis aloksan 250 mg/kgBB. Kelompok dosis 10% (T-1, T-2, T-3): diberikan dosis aloksan 250mg/kg BB dan perasan daun kacang tanah dengan dosis 10%. Kelompok dosis 20% (T-4, T-5, T- 6): diberikan dosis aloksan 250 mg/kgBB dan perasan daun kacang tanah dengan dosis 20%. Kelompok dosis 30% (T-7, T-8 T-9): diberikan dosis aloksan 250 mg/kg BB dan perasan daun kacang tanah dengan dosis 30 %. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata penurunan kadar Glukosa darah tikus putih setelah pemberian perasan daun kacang tanah, pada T-1 penurunan dari 127 mg/dl menjadi 82 mg/dl, T-2 mengalami penurunan dari 130 mg/dl menjadi 88 mg/dl, T- 3 mengalami penurunan dari 131 mg/dl menjadi 96 mg/dl, dan T-4 mengalami penurunan dari 126 mg/dl menjadi 93, T-5 mengalami penurunan dari 139 mg/dl menjadi 95 mg/dl, T-6 mengalami penurunan dari 120 mg/dl menjadi 92 mg/dl, T-7 mengalami penurunan dari 135 mg/dl menjadi 87 mg/dl, T-8 mengalami penurunan dari 135 mg/dl menjadi 85 mg/dl, T-9 mengalami penurunan dari 138 mg/dl menjadi 96 mg/dl. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perasan daun kacang tanah (Arachis hypogeal L) dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus Norvegicus L)Item PEMANFAATAN SENYAWA SULFONILUREA DARI EKSTRAK UNDUR-UNDUR (MYMELEON Sp.) sebagai terapi antidiabetik pada tikus putih (galur wistar)(Perpustakaan Megarezky, 2025-08-04) ST.NURHIDAYADiabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis akibat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin atau tubuh tidak secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. DM Tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resistensi insulin dan disfungsi sekresi insulin sel β. Mahalnya terapi pengobatan diabetes melitus banyak masyarakat beralih ke pengobatan alternatif dengan menggunakan hewan undur-undur sebagai obat diabetes melitus. Hewan undur-undur mengandung senyawa Sulfonilurea yang merupakan agen antidiabetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat senyawa Sulfonilurea dari ekstrak undur-undur (Myrmeleon Sp.) sebagai terapi antidiabetik pada tikus putih (Galur wistar). Metode penelitian ini bersifat ekperimental menggunakan hewan tikus putih jantan dengan pemberian ekstrak undur-undur (Myrmeleon Sp.) dibuat dengan metode meserasi pelarut metanol. Tikus putih dibagi dalam 6 kelompok yakni Kontrol (-), Kontrol (+), T.III, T.IV, T.V, T.VI sebagai tikus putih hiperglikemia dengan pemberian aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB. Perlakuan ekstrak undur- undur diberikan ke tikus putih T.III(konsentrasi 30%), T.IV(konsentrasi 50%), T.V(konsentrasi 100%), dan T.VI(konsentrasi 100%), selain Kontrol (+), pemberian dilakukan dengan cara intraperitoneal dan diukur menggunakan alat glukometer. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata penurunan kadar Glukosa darah tikus putih setelah pemberian ektrak undur-undur T.III(konsentrasi 30%) dari 159 mg/dl menjadi 118 mg/dl, T.IV(konsentrasi 50%) dari 132 mg/dl menjadi 113 mg/dl, T.V(konsentrasi 100%) dari 153 mg/dl menjadi 87 mg/dl, dan T.VI(konsentrasi 100%) dari 141 mg/dl menjadi 78 mg/dl. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ektrak undur-undur (Myrmeleon Sp.) dengan konsentrasi yang berda-beda 30%, 50% dan 100% dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Galur Wistar)Item GAMBARAN C-REAKTIVE PROTEIN (CRP) PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HEMOGLOBIN A1C YANG TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL(2024-12-23) ANANDA HAFIZIA RAMADHANI LDiabetes melitus tipe 2 adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi). Peningkatan glukosa darah yang berlebihan dapat mengakibatkan komplikasi sehingga komplikasi tersebut menyebabkan inflamasi. Untuk mengetahui ada tidaknya inflamasi pada penderita diabetes melitus tipe 2 maka dilakukan pemeriksaan C-reaktive protein. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran C-Reaktive Protein (CRP) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Hemoglobin A1c Terkontrol Dan Tidak Terkontrol. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Lokasi penelitian dilaksanakan di RS TK II Pelamonia Kota Makassar dan di Laboratorium Imunoserologi Imunohematologi DIII Teknologi Laboratorium Medis Universitas Megarezky. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30 subjek dari penderita diabetes melitus tipe2 yang terdiri dari 15 subjek dengan kadar HbA1c terkontrol dan 15 subjek HbA1c terkontrol yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu umur, lama menderita, dan riwayat penyakit. Hasil penelitian didapatkan CRP positif dengan HbA1c terkontrol (<6 %) sebanyak 4 (26,6%) dan negatif 11 (73,3%) dan hasil CRP positif dengan HbA1c tidak terkontrol (≤6%) sebanyak 12 (80%) dan negatif sebanyak 3 (20%). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu CRP dengan hasil positif ditemukan lebih banyak pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar HbA1c tidak terkontrol (≤6 %)