Faculty of Health Technology

Permanent URI for this communityhttps://repository.unimerz.ac.id/handle/123456789/3

Browse

Search Results

Now showing 1 - 9 of 9
  • Item
    ANALISIS LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN SINDROM METABOLIK
    (Perpustakaan Megarezky, 2025-08-15) DESIANA NATALIA RAHAWARIN
    Diabetes Melitus Tipe 2 adalah jenis penyakit diabetes akibat gangguan metabolisme yang ditandai dengan glukosa darah mengalami kenaikan atau hiperglikemia karena terjadi penurunan sekresi insulin oleh gangguan fungsi insulin (resistensi insulin). Hiperglikemia yang tinggi dalam waktu lama pada penderitas diabetes melitus tipe 2 dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler gaga ginjal ( nefropati diabetik ) menjadi salah satu komplikasi mikrovaskuler pemeriksaan laju filtrasi glomerulus di lakukan unruk memantau perjalanan penyakit diabetes melitus tipe 2 yang beresiko menyebabkan terjadinya komplikasi.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui berapakah laju filtrasi glomerulus pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan sindrom metabolik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif pendekatan observasional laboratorium. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 30 sampel yang didapatkan melalui teknik purposive sampling berdasarkan kriteria subjek penelitian di RSUD Labuang Baji,Provinsi Sulawesi Selatan. Data dari hasil penelitian diolah secara deskriktif dalam bentuk tabel dan dinarasikan. Berdasarkan hasil penelitian Laju filtrasi glomerulus,terdapat 30 (100%) subjek memiliki LFG menurun sebagai penanda penurunan fungsi ginjal, selanjutnya dianalisis menggunakan uji Regresi Linier Berganda. Berdasarkan hasil uji regresi menggunakan SPSS diperoleh hasil tidak terdapat korelasi antara sindrom metabolik dengan Laju Filtrasi Glomerulus. Kesimpulan 30 subjek mengalami penurunan Laju Filtrasi Glomerulus.
  • Item
    GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 BERDASARKAN KADAR HBA1C DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
    (PERPUSTAKAAN MEGAREZKY, 2025-08-11) HANDINI ABDUL KADER
    Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin yang menyebabkan hiperglikemia/inflamasi. Salah satu parameter pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mendeteksi inflamasi adalah Laju Endap Darah (LED). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Laju Endap Darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 berdasarkan kadar HbA1c di RSUD Labuang Baji Makassar. Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif observasional. Hasil penelitian didapatkan lebih banyak subjek pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 (56%) subjek, kelompok umur 35-45 tahun sebanyak 14 (56%) subjek, dan pada subjek dengan HbA1c terkontrol memiliki nilai LED normal sebanyak 9 (36%) subjek dan pada subjek dengan HbA1c tidak terkontrol memiliki nilai LED tidak normal sebanyak 16 (64%) subjek. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari total 25 subjek terdapat 9 subjek dengan HbA1c terkontrol semuanya memiliki LED normal dan 16 subjek dengan HbA1c tidak terkontrol semuanya memiliki LED tidak normal
  • Item
    GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA MAKASSAR
    (PERPUSTAKAAN MEGAREZKY, 2025-08-11) FARIDA YASIN
    Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit tidak menular yang memiliki angka kejadian yang masih tinggi. Salah satu faktor resiko dari DM adalah dislipidemia yaitu peningkatan kadar kolesterol total. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Makassar. Besar sampel yang digunakan sebanyak 24 sampel yang memenuhi kriteria peneliti yang meliputi : Pasien penderita diabetes melitus tipe 2, pasien berusia 30 tahun – 55 tahun, tidak merokok dan mengonsumsi alkohol, tidak sedang mengonsumsi obat penurun kolesterol selama 3 hari terakhir, lama menderita DM tipe 2 1- 5 tahun, Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25kg/m2, tidak memiliki riwayat hipertensi dan pasien yang bersedia menjadi subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan di laboratorium rumah sakit bhayangkara Makassar pada bulan September 2022. Dengan menggunakan metode pengukuran kadar kolesterol total CHOD-Iodide yang merupakan tes UV enzimatik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 24 sampel penderita diabetes melitus tipe 2 yang diperiksa terdapat 8 sampel memiliki kadar kolesterol total dengan kategori batas tinggi dan 16 sampel lainnya memiliki kadar kolesterol total dengan kategori tinggi.
  • Item
    GAMBARAN KADAR Low Density Lipoprotein (LDL) PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE DUA BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN Hemoglobin A1c (HbA1c) Di RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR
    (PERPUSTAKAAN MEGAREZKY, 2025-08-08) ASTIN BANGUN
    Diabetes Melitus Tipe II (DMT2) merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin) oleh kelenjar pankreas. HbA1c digunakan untuk mengetahui kontrol glikemik DMT2. Hubungan HbA1c dengan profil lipid diawali dengan terjadinya penurunan fungsi insulin sehingga menyebabkan peningkatan hormon sensitif lipase sehingga mengakibatkan terjadinya lipolisis dan mempengaruhi kadar LDL. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar LDL pada penderita diabetes melitus tipe 2 berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan observasional analitik. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 37 sampel yang diperoleh dari convenience sampling dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek yang memiliki kadar HbA1c terkontrol dengan Low density lipoprotein meningkat sebanyak 3(17%) subjek sedangkan LDL normal sebanyak 15(83%) subjek. Sedangkan yang memiliki kadar HbA1c tidak terkontrol dengan LDL meningkat sebanyak 17(90%) subjek dan dengan LDL normal sebanyak 2 (10%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah 18 subjek dengan HbA1c terkontrol lebih banyak memiliki kadar LDL yang normal. Sedangkan dari 19 subjek dengan HbA1c tidak terkontrol lebih banyak memiliki kadar LDL yang meningkat.
  • Item
    GAMBARAN PROTEIN URIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HbA1c TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL
    (PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MEGAREZKY, 2025-08-07) RISRI
    Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah atau disebut juga dengan hyperglikemia, sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin dan gangguan aktivitas insulin. Kadar glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius pada organ-organ tubuh salah satunya gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan adanya proteinuria. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriftik analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk mengetahui gambaran protein urin pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol dengan jumlah sebanyak 30 sampel yang terdiri dari 15 sampel HbA1c terkontrol dan 15 sampel HbA1c tidak terkontrol. Kriteria penelitian ini meliputi penderita diabetes melitus tipe 2 usia 35-60, lama menderita diabetes melitus <5 tahun. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23-30 Agustus 2022 di Rs TK.II Pelamonia Makassar. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode carik celup menggunakan alat urin analyzer. Hasil penelitian dari 30 sampel pada penderita diabetes melitus dengan HbA1c terkontrol didapatkan protein urin positif sebanyak 6 (20%) subjek dan HbA1c tidak terkontrol didapatkan kadar HbA1c tidak terkontrol dengan protein urin positif yang positif sebanyak 9 (30%) subjek. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ditemukan protein urin positif lebih banyak pada penderita diabetes melitus tidak terkontrol.
  • Item
    PENGARUH HASIL PERASAN DAUN KACANG TANAH (Arachis Hypogaea L) SEBAGAI ANTI DIABETIK TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus L
    (Perpustakaan Megarezky, 2025-08-05) DOMINIQUE BEATRIX APRILIA SISWANTO
    Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termaksud heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perasan daun kacang tanah (Arachis hypogeal L) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus Norvegicus L). Metode penelitian ini bersifat ekperimental menggunakan hewan tikus putih jantan dengan pemberian perasan daun kacang tanah (Arachis hypogeal L) hewan uji di kelompokkan dalam 5 kelompok yaitu : Kontrol (-) tanpa perlakuan, Kontrol (+) diberikan dosis aloksan 250 mg/kgBB. Kelompok dosis 10% (T-1, T-2, T-3): diberikan dosis aloksan 250mg/kg BB dan perasan daun kacang tanah dengan dosis 10%. Kelompok dosis 20% (T-4, T-5, T- 6): diberikan dosis aloksan 250 mg/kgBB dan perasan daun kacang tanah dengan dosis 20%. Kelompok dosis 30% (T-7, T-8 T-9): diberikan dosis aloksan 250 mg/kg BB dan perasan daun kacang tanah dengan dosis 30 %. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata penurunan kadar Glukosa darah tikus putih setelah pemberian perasan daun kacang tanah, pada T-1 penurunan dari 127 mg/dl menjadi 82 mg/dl, T-2 mengalami penurunan dari 130 mg/dl menjadi 88 mg/dl, T- 3 mengalami penurunan dari 131 mg/dl menjadi 96 mg/dl, dan T-4 mengalami penurunan dari 126 mg/dl menjadi 93, T-5 mengalami penurunan dari 139 mg/dl menjadi 95 mg/dl, T-6 mengalami penurunan dari 120 mg/dl menjadi 92 mg/dl, T-7 mengalami penurunan dari 135 mg/dl menjadi 87 mg/dl, T-8 mengalami penurunan dari 135 mg/dl menjadi 85 mg/dl, T-9 mengalami penurunan dari 138 mg/dl menjadi 96 mg/dl. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perasan daun kacang tanah (Arachis hypogeal L) dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus Norvegicus L)
  • Item
    PEMANFAATAN SENYAWA SULFONILUREA DARI EKSTRAK UNDUR-UNDUR (MYMELEON Sp.) sebagai terapi antidiabetik pada tikus putih (galur wistar)
    (Perpustakaan Megarezky, 2025-08-04) ST.NURHIDAYA
    Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis akibat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin atau tubuh tidak secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. DM Tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resistensi insulin dan disfungsi sekresi insulin sel β. Mahalnya terapi pengobatan diabetes melitus banyak masyarakat beralih ke pengobatan alternatif dengan menggunakan hewan undur-undur sebagai obat diabetes melitus. Hewan undur-undur mengandung senyawa Sulfonilurea yang merupakan agen antidiabetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat senyawa Sulfonilurea dari ekstrak undur-undur (Myrmeleon Sp.) sebagai terapi antidiabetik pada tikus putih (Galur wistar). Metode penelitian ini bersifat ekperimental menggunakan hewan tikus putih jantan dengan pemberian ekstrak undur-undur (Myrmeleon Sp.) dibuat dengan metode meserasi pelarut metanol. Tikus putih dibagi dalam 6 kelompok yakni Kontrol (-), Kontrol (+), T.III, T.IV, T.V, T.VI sebagai tikus putih hiperglikemia dengan pemberian aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB. Perlakuan ekstrak undur- undur diberikan ke tikus putih T.III(konsentrasi 30%), T.IV(konsentrasi 50%), T.V(konsentrasi 100%), dan T.VI(konsentrasi 100%), selain Kontrol (+), pemberian dilakukan dengan cara intraperitoneal dan diukur menggunakan alat glukometer. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata penurunan kadar Glukosa darah tikus putih setelah pemberian ektrak undur-undur T.III(konsentrasi 30%) dari 159 mg/dl menjadi 118 mg/dl, T.IV(konsentrasi 50%) dari 132 mg/dl menjadi 113 mg/dl, T.V(konsentrasi 100%) dari 153 mg/dl menjadi 87 mg/dl, dan T.VI(konsentrasi 100%) dari 141 mg/dl menjadi 78 mg/dl. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ektrak undur-undur (Myrmeleon Sp.) dengan konsentrasi yang berda-beda 30%, 50% dan 100% dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Galur Wistar)
  • Item
    GAMBARAN C-REAKTIVE PROTEIN (CRP) PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HEMOGLOBIN A1C YANG TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL
    (2024-12-23) ANANDA HAFIZIA RAMADHANI L
    Diabetes melitus tipe 2 adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi). Peningkatan glukosa darah yang berlebihan dapat mengakibatkan komplikasi sehingga komplikasi tersebut menyebabkan inflamasi. Untuk mengetahui ada tidaknya inflamasi pada penderita diabetes melitus tipe 2 maka dilakukan pemeriksaan C-reaktive protein. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran C-Reaktive Protein (CRP) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Hemoglobin A1c Terkontrol Dan Tidak Terkontrol. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Lokasi penelitian dilaksanakan di RS TK II Pelamonia Kota Makassar dan di Laboratorium Imunoserologi Imunohematologi DIII Teknologi Laboratorium Medis Universitas Megarezky. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30 subjek dari penderita diabetes melitus tipe2 yang terdiri dari 15 subjek dengan kadar HbA1c terkontrol dan 15 subjek HbA1c terkontrol yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu umur, lama menderita, dan riwayat penyakit. Hasil penelitian didapatkan CRP positif dengan HbA1c terkontrol (<6 %) sebanyak 4 (26,6%) dan negatif 11 (73,3%) dan hasil CRP positif dengan HbA1c tidak terkontrol (≤6%) sebanyak 12 (80%) dan negatif sebanyak 3 (20%). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu CRP dengan hasil positif ditemukan lebih banyak pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar HbA1c tidak terkontrol (≤6 %)
  • Item
    PENGARUH KADAR UREUM TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN HbA1c PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
    (2024-12-23) NADIA ALFIRA
    Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang disebabkan oleh produksi insulin yang tidak mencukupi atau resistensi insulin oleh pankreas. Kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada ginjal sehingga terjadi gangguan pada fungsi ginjal yang di tandai dengan tingginya kadar ureum. Salah satu diagnosis untuk mengetahui fungsi ginjal yaitu dengan pemeriksaan ureum. Salah satu kontrol glikemik pada penderita diabetes melitus tipe 2 yaitu pemeriksaan HbA1c dengan nilai terkontrol 4,2 – 6,0% dan nilai yang tidak terkontrol yaitu >6,0%. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kadar ureum terhadap hasil pemeriksaan HbA1c pada penderita diabetes melitus tipe 2. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif analitik dengan jumlah sampel sebanyak 30, kriteria penelitian ini meliputi penderita diabetes melitus tipe 2 yang berusia 35-60 tahun, lama menderita diabetes melitus tipe 2 ≥1 tahun, tidak menderita penyakit hipertensi, penyakit ginjal, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol dan tidak dalam melakukan diet protein. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10-23 september 2022 di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Pemeriksaan dilakukan menggunakan alat Bio Systems BA400 dengan menggunakan metode automatic analyzer. Hasil penelitian ditemukan adanya peningkatan kadar ureum sebanyak 6 (20%) subjek dengan kadar HbA1c >6.0% dan kadar ureum yang normal sebanyak 14 subjek (80%). Hasil uji regresi linear menunjukan kadar ureum tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil pemeriksaan HbA1c dengan nilai p=0.071 > 0.05.