D3 Pharmacy

Permanent URI for this communityhttps://repository.unimerz.ac.id/handle/123456789/25

Browse

Search Results

Now showing 1 - 10 of 25
  • Item
    ANDIH ISMAIL
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02)
    Daun awar-awar (Ficus septica Burm) merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan dikalangan masyarakat sebagai terapi tradisional seperti penyakit yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Adapun kandungan yang terdapat pada tanaman ini yaitu flavanoid, saponin dan tanin. Deodoran merupakan salah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mengurangi dan menutupi bau badan dimana sediaan ini diaplikasikan pada ketiak dengan mekanisme kerja yaitu mengahambat dekoposisi atau penguraian keringat oleh bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak daun awar-awar (Ficus septica Burm) stabil formulasikan sebagai sediaan deodoran dan Untuk mengetahui sediaan deodoran dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Metode penelitian dilakukan secara ekperimental yang dilakukan dengan menggunakan sampel daun awar-awar (Ficus septica Burm). Hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa sediaan deodoran ekstrak etanol daun awar-awar (Ficus septica Burm) memilki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 1,5%, 2% dan 2,5%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa ekstrak daun awar-awar (Ficus septica Burm) stabil diformulasikan ke dalam bentuk sediaan deodoran dan Formulasi sediaan deodoran yang dibuat dalam beberapa konsentrasi 1,5%, 2%, dan 2,5% memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphycoccus aureus dengan zona hambat yaitu 12,71, 15,39 dan 17,63 mm.
  • Item
    FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SERUM ANTI ACNE FRAKSI DAUN SINGKONG (Manihot esculenta, Crantz) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02) IRMA
    Daun Singkong (Manihot esculenta, Crantz.) diketahui memiliki kandungan senyawa kimia yaitu flavonoid, saponin dan tanin yang memiliki peran sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan daun singkong (Manihot esculenta, Crantz) dalam bentuk sediaan serum polar dan non polar dengan konsentrasi masing-masing 3% yang stabil secara mutu fisik dan kimia serta melihat sediaan fraksi yang optimum dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorium dengan metode remaserasi lalu dilanjutkan dengan fraksi serta dilakukan pengujian mutu fisik dan uji stabilitas sebelum dan setelah cycling test meliputi uji organoleptik (bentuk, warna, bau), uji homogenitas, uji pH, uji viskositas serta uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan menggunakan metode sumuran. Dari hasil pengujian aktivitas antibakteri diperoleh sediaan fraksi yang paling efektif dalam menghambat bakteri Propionibacterium acnes adalah non polar dengan zona hambat 7,3 mm dengan kategori sedang. Hasil yang diperoleh berdasarkan uji anova pada bakteri propionibacterium acnes p˂0,05 artinya terdapat perbedaan yang bermakna. Formulasi sediaan serum yang paling efektif dalam menghambat Propionibacterium acnes adalah non polar dengankonsentrasi 0,3%.
  • Item
    FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS GEL ANTIJERAWAT EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01) RISMAYANTI IRIANY
    Tanaman pare merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Daun pare mengandung beberapa metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan triterpenoid yang mana bermanfaat sebagai antibakteri dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi gel antijerawat dari ekstrak daun pare (Momordica charantia L) dengan konsentrasi 5%, 7% dan 9% kemudian menguji aktivitasnya terhadap bakteri Propionibacterium acnes menggunakan metode sumuran. Analisis statistik yang dilakukan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diameter zona hambat tiap formula terhadap kontrol positif, yaitu p < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, maka ekstrak daun pare (Momordica charantia L) dapat diformulasikan sebagai gel antijerawat dan memiliki aktivitas terhadap bakteri Propionibacterium acnes dimana konsentrasi optimumnya yaitu pada konsentrasi 9% dengan diameter rata-rata 16,7mm yang mana termasuk dalam zona hambat kategori kuat
  • Item
    DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PENGGUNAAN KOMBINASI NIFEDIPIN DAN MAGNESIUM SULFAT PADA PASIEN PREEKLAMSIA DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02) M. TRI BUDI MAHA SAKT
    Angka kematian ibu (AKI) masih menjadi salah satu prioritas utama di bidang kesehatan, dimana World Health Organization (WHO) memperkirakan AKI akan turun menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Pada tahun 2015, AKI di Indonesia mencapai angka 305 per 100.000 kelahiran hidup. Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi pada pasien akibat terapi obat dan berpotensi menghambat proses pemulihan pasien. Masalah terkait obat harus diidentifikasi selama proses pengobatan atau penyembuhan untuk mengurangi morbiditas, mortalitas, dan biaya terapi obat. Ini akan membantu meningkatkan kemanjuran terapi farmakologis, terutama pada gangguan kronis dan progresif yang memerlukan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Drug Related Problems yang disebakan dari penggunaan kombinasi obat Nifedipin dan Magnesium Sulfat pada pasien preeklamsia di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar. Mengetahui Drug Related Problems dari penggunaan kombinasi Nifedipin dan Magnesium Sulfat sudah tepat pemilihan obat serta sudah tepat pemilihan dosis obat pada pasien preeklamsia di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar. Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah non eksperimental (Observasional) dengan menggunakan metode deskriptif (Kualitatif). Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar, dari 32 pasien preeklamsia yang telah mengonsumsi kombinasi Nifedipin dan Magnesium Sulfat tidak terdapat Drug Related Problems (DRPs) ataupun efek samping yang merugikan nyawa pasien. Hal ini dikarenakan terapi dari penggunaan kombinasi Nifedipin dan Magnesium Sulfat di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar sesuai dengan tata laksana penangan preeklamsia pada ibu hamil dari pedoman pelayanan nasional kedokteran.
  • Item
    FORMULASI SEDIAAN PATCH TRANSDERMAL EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.)
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02) ANDI KHAIRUNNISAA S
    Patch adalah sediaan transdermal dengan penghantaran obat secara topikal yang dapat memberikan efek sistemik melalui kulit menuju aliran darah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan patch transdermal ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) dan melakukan uji evaluasi sediaan. Dengan metode eksperimental laboratorium dimana sediaan patch diformulasi dalam formula 0 (F0) tanpa ekstrak, formula 1 (F1) dengan ekstrak 100 mg, formula 2 (F2) dengan ekstrak 150 mg dan formula 3 (F3) dengan ekstrak 200 mg. Pengujian yang dilakukan berupa uji organoleptik, daya serap, ketebalan, keseragaman bobot, ketahanan lipat, pH dan persentase pemanjangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian organoleptik tidak terdapat perbedaan sebelum dan setelah cycling test yaitu pada F0 berwarna bening, bau khas dan bentuk bulat dan pada F1, F2, F3 warna kuning kecokelatan, bau khas dan bentuk bulat. Pada pengujian daya serap F0, F1, F2, F3 didapatkan hasil sebelum dan setelah cycling test yaitu berkisar antara 3,71%-4,38%. Pada pengujian ketebalan F0, F1, F2, F3 sebelum dan setelah cycling test yaitu berkisar 0,48 mm-0,52 mm. Pada pengujian keseragaman bobot F0, F1, F2, F3 sebelum dan setelah cycling test berkisar 4,44 g-4,77 g. Pada pengujian ketahanan lipat F0, F1, F2, F3 sebelum dan setelah cycling test didapatkan hasil >300 kali pelipatan. Pada pengujian pH F0, F1, F2, F3 didapatkan sebelum dan setelah cycling test berkisar diantara 5,2-6,0. Dan pada persentase pemanjangan F0, F1, F2, F3 didapatkan hasil sebelum dan setelah cycling test berkisar antara 15,38%-22,85%. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) dapat diformulasikan menjadi sediaan patch transdermal dan memenuhi kriteria atau stabil dalam penyimpanan berdasarkan parameter pengujian evaluasi sediaan. Dan formula yang memiliki kestabilan paling baik yaitu formula 2 dengan konsentrasi 150 mg.
  • Item
    KARAKTERISTIK SEDIAAN PATCH TRANSDERMAL EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana Camara)
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02) NUR RAHMA KARIM
    Patch transdermal merupakan bentuk sediaan transdermal berupa perekat yang memiliki dosis obat yang diaplikasikan ke permukaan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sediaan patch transdermal ekstrak daun tembelekan (Lantana camara). Dengan metode penelitian secara eksperimental dengan memformulasi sediaan patch transdermal. Sediaan patch transdermal diformulasi dalam Formula Kontrol (FK) tanpa ekstrak, Formula 1 (F1) dengan ekstrak 100 mg, Formula 2 (F2) dengan ekstrak 150 mg dan Formula 3 (F3) dengan ekstrak 200 mg. Pengujian yang dilakukan berupa uji evaluasi karakteristik sediaan yaitu organoleptik, keseragaman bobot, ketebalan, pH, daya serap kelembaban, ketahanan lipat dan persentase pemanjangan dengan metode cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada uji organoleptik sebelum dan setelah cycling test, FK memiliki warna bening, berbentuk bulat dan berbau khas, F1 berwarna kuning bening, F2 berwarna kuning muda, F3 berwarna kuning pekat, untuk F1,F2,F3 berbentuk bulat dan berbau khas. Pada uji keseragaman bobot sebelum dan setelah cycling test, FK, F1, F2, F3 berkisar antara 4,43 g – 4,65 g. Pada uji ketebalan sebelum dan setelah cycling test, FK, F1, F2, F3 berkisar antara 0,48 mm – 0,53 mm. Pada uji pH sebelum dan setelah cycling test, FK, F1, F2, F3 berkisar antara 5,0 – 6,2. Pada uji daya serap kelembaban sebelum dan setelah cycling test, FK, F1, F2, F3 berkisar antara 4,33% – 5,98%. Pengujian ketahanan lipat sebelum dan setelah cycling test, FK, F1, F2, F3 yaitu >300 kali. Dan pada pengujian persentase pemanjangan sebelum dan setelah cycling test, FK, F1, F2, F3 berkisar antara 13,46% – 20,95%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sediaan patch transdermal ekstrak daun tembelekan (Lantana camara) memiliki karakteristik yang baik dan memenuhi persyaratan mutu sediaan patch yang baik dan formula yang memiliki karakteristik paling baik yaitu Formula 2 dengan konsentrasi ekstrak daun tembelekan 150 mg.
  • Item
    FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN MASKER GEL PEEL-OFF EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acne
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02) RIKA SULASTRI SANI
    Daun kersen telah di identifikasi mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tanin yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L) dan mengetahui kemampuan sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol daun kersen dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental di laboratorium, dengan metode formulasi ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L) dalam sediaan masker gel peel-off dengan konsentrasi 5% untuk F1, 7,5% untuk F2 dan 10% untuk F3, kemudian dilakukan uji stabilitas fisik sediaan sebelum dan sesudah cycling test, selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri Propionibacterium acnes menggunakan metode sumuran. Hasil pengujian kestabilan sediaan masker gel peel-off telah memenuhi persyaratan sesuai standar yang ditetapkan dengan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah cycling test, sedangkan hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa F1 dengan konsentrasi 5% memiliki zona hambat sebesar 15,28 mm, F2 dengan konsentrasi 7,5% memiliki zona hambat sebesar 17,76 mm, F3 dengan konsentrasi 10% sebesar 22,15 mm, kontrol positif (K+) memiliki zona hambat sebesar 24,8 mm dan kontrol negatif (K-) tidak memberikan daya hambat. Maka dapat disimpulkan hasil dari ketiga formula tersebut sudah efektif sebagai antibakteri pada bakteri Propinobacterium acnes dan yang paling mendekati dengan kontrol positif adalah F3 dengan konsentrasi 10% yang memiliki zona hambat sebesar 22,15 mm yang termasuk dalam kategori sangat kuat.
  • Item
    FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS KRIM ANTIJERAWAT LIOFILISAT BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02) INDRIANI SAMSI
    Buah belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antibakteri. Salah satunya bakteri jerawat. Untuk memudahkan penggunaan liofilisat buah belimbing wuluh pada pengobatan jerawat, maka dari itu di formulasikan dalam bentuk sediaan farmasi yaitu dalam bentuk krim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui liofilisat buah belimbing wuluh Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat dibuat sebagai sediaan krim antijerawat dan dapat memberikan efek antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Formulasi krim liofilisat buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan konsentrasi 5%, 7,5%, dan 10% dilakukan pengujian organoleptik, pH, uji homogenitas, dan uji daya sebar, daya lekat dan viskositas. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes dilakukan dengan metode difusi sumuran. Hasil pengujian evaluasi sediaan krim memenuhi persyaratan sesuai standar yang ditetapkan SNI ialah uji organoleptik, uji tipe krim, uji pH, daya sebar, dan daya lekat. Hasil uji aktivitas antibakteri krim liofilisat buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang diperoleh dapat menghambat Propionibacterium acnes pada konsentrasi 5% yaitu 16,2 mm masuk dalam kategori zona hambatan kuat, konsentrasi 7,5% yaitu 16,3 mm masuk dalam kategori zona hambatan kuat, konsentrasi 10% yaitu 18,4 mm masuk dalam kategori zona hambatan kuat
  • Item
    FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SERUM MINYAK ATSIRI DAUN KETAPANG (Terminalia catappa Linn) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis dan Propionibakterium acne
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02) HANOK SALEKY
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak atsiri daun ketapang (Terminalia catapang L) dapat diformulasikan menjadi sediaan serum dan memiliki efetivitas antibakteri terhadap jerawat, Metode penelitian secara eksperimental laboratorium dengan rancangan modifikasi pengujian Tests of Normalit, dan dilanjutkan dengan Kruskal Wallis Test untuk pengujian bakteri sedangkan Paired Samples Test untuk pengujian evaluasi sediaan. daun ketapang (Terminalia catapang L,) dif ormulasi dalam bentuk sediaan kosmetik serum wajah Hasil penelitian menunjukan bahwa ke tiga formula degan konsentrasi 2% 4% 6% sediaan serum minyak atsiri . Yang stabil, setelah dilakukan pengujian secara fisik. Dan sertah dari ke tiga sedian memiliki efektifitas untuk menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus epidermidis dan propionibacterium acnes penyebab jerawat diperoleh hasil daya hambat pada Fl (16,1 kuat ), Fll (22,1 kuat ), dan pada Flll (23,1 sagat kuat). Dan hasil daya hambat pada bakteri staphylococcus epidermidis Fl (15,3 kuat ), Fll (17,0 kuat) dan pada Flll (22,8)
  • Item
    FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN MOUTHWASH EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya L) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans
    (UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR, 2025-01-02) YORISMA
    Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin dan meluas kearah pulpa. Mikroorganisme yang banyak tumbuh dalam rongga mulut yaitu Streptococcus mutans. Biji pepanya memiliki senyawa kimia metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antibakteri yaitu senyawa tanin, flavonoid, alkaloid serta terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui aktivitas antibakteri sediaan mouthwash ekstrak etanol biji pepaya terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan mengetahui apakah ektrak biji pepaya dapat diformulasikan dalam bentuk mouthwash yang stabil secara fisika dan kimia. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode kertas cakram dengan melihat warna bening pada sekitas kertas sebagai zona hambat, dengan masing-masing konsentrasi ektrak pada sediaan 5%, 10% dan 15% serta kontrol positif yang digunakan yaitu Listerin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada F0 tidak mempunyai daya hambat, F1 daya hambat sebesar 16,1 mm, F2 daya hambat sebesar 18,9 mm, F3 daya hambat sebesar 21,5 mm, serta pada kontrol positif daya hambatnya sebesar 15,5 mm