Faculty of Health Technology
Permanent URI for this communityhttps://repository.unimerz.ac.id/handle/123456789/3
Browse
4 results
Search Results
Item ANALISIS KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) DAN KORELASINYA DENGAN C-REAKTIF PROTEIN (CRP) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU(Perpustakaan Megarezky, 2025-08-15) SINTIA PUTRI SALMONTuberkulosis adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang saat ini menjadi global emergency karena telah menginfeksi sepertiga populasi penduduk didunia. Asia merupakan wilayah dengan penyebaran penyakit tertinggi di dunia. Ketika terjadi inflamasi pada Pasien Tuberkulosis Paru, sistem imun tubuh akan membentuk salah satu jenis sitokin yaitu Interleukin-6 (IL-6) dan membentuk protein fase akut yaitu C- Reaktive Protein (CRP). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar Interleukin-6 (IL-6) dan korelasinya dengan kadar C-Reaktive Protein (CRP) pada pasien tuberkulosis paru. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional laboratorik dengan menggunakan rancangan Cross sectional study. Penelitian ini menggunakan sampel serum pasien tuberkulosis paru kasus baru sebanyak 13 orang dan sampel kontrol sehat sebanyak 5 orang yang selanjutnya diukur kadar IL-6 menggunakan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan CRP dengan metode immunoassay fluoresensi menggunakan alat standard f200 analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada IL-6 antara kelompok Tuberkulosis Paru dan kontrol sehat (p- value = 0.11), sedangkan terdapat perbedaan yang signifikan nilai CRP pada kelompok tuberkulosis paru dan kontrol sehat (p-value =0.001). Peningkatan kadar CRP dan IL-6 pada kelompok TB paru dapat menjadi indikator adanya infeksi tuberkulosis paru. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Interleukin-6 dan C-Reaktive Protein pada kelompok Tuberkulosis Paru dan kontrol sehat (p=0.37), karena nilai p-value >0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel IL-6 dan CRP pada kelompok Tuberkulosis Paru dan Kontrol Sehat.Item IDENTIFIKASI Aspergillus fumigatus PADA SPUTUM PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)(Perpustakaan Megarezky, 2025-08-13) ZULKIFLIAspergillosis adalah penyakit pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh genus Aspergillus dimana sebagian besar disebabkan oleh jenis Aspergillus fumigatus. Selain itu, Aspergillosis dapat menjadi infeksi sekunder pada pasien tuberkulosis paru. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Aspergillus fumigatus pada sputum pasien tuberkulosis paru dengan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Jenis penelitian yang digunakan adalah deksriptif analitik. Adapun Subjek pada penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru di puskesmas di Puskesmas Kassi-Kassi, RSUD Labuang Baji dan Balai Besar Keshatan Paru Masyarakat (BBKPM) kota Makassar. Metode yang digunakan adalah Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil Penelitian didapatkan 6 sampel positif dari 20 sampel yang digunakan (30%) yang ditandai dengan adanya pita DNA yang tervisualisasi pada GelDoc dengan ukuran 185bp. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa didapatkan keberadaan Aspergillus fumigatus pada pasien tuberkulosis paru.Item DETEKSI GEN inhA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU(UNIVERSITAS MEGAREZKY, 2025-05-02) SOFIA DELLA TUASUUNTuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi paling sering menyerang jaringan paru, Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Didapati bahwa resistensi M. tuberculosis terhadap OAT adalah karena mutasi genomik tertentu pada beberapa gen spesifik M. tuberculosis. Sampai saat ini didapat sembilan mutasi gen yang diketahui terkait dengan resistensi terhadap OAT ini. Untuk resistensi isoniazid (katG, inhA, aphC, dan kasA). Terjadinya mutasi pada gen inhA yang berperan dalam mengkode enzim enoyl–acyl carrier protein (ACP) reductase akan menyebabkan terjadinya resistensi terhadap INH. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk deteksi adanya gen inhA pada penderita tuberkulosis paru. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorium. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 sampel yang diambil sesuiai dengan kriteria inkulisi penelitian. Waktu penelitian pada bulan agustus 2022. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah dari 15 sampel yang diteliti 9 sampel diantaranya terdeteksi adanya mutasi pada gen inhA yang menyebabkan penderita Tuberkulosis Paru resisten terhadap obat Isoniazid. Ditandai dengan terbentuknya pita DNA pada saat pembacaan hasil dibawah sinar ultraviolet, terbentuk sesuai target DNA yaitu 193 bp. Sedangkan sampel yang tidak terbentuk pita DNA sebanyak 6 sampel yang menunjukan adanya mutasi gen selain gen inhA untuk resistensi isoniazid (katG, aphC, dan kasA),Item GAMBARAN KADAR SERUM GLUTAMIC PYUVIC TRANSAMINASE (SGPT) PADA PENDERITA TUBERKULOSI PARU SELAMA PENGOBATAN FASE AWAL DAN FASE LANJUTAN(2024-12-23) ALFAYANI KERENHAPUKH TONAPATuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacteriumtuberculosis. Tuberkulosis ini sebagian besar menyerang organ paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh manusia lainnya. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) merupakan enzim yang banyak didistribusikan pada jaringan tubuh manusia dengan kosentrasi tinggi pada hati. Gangguan efek samping yang ditimbulkan dari tersering pemberian OAT pada penderita tuberkulosis paru, misanya hepatotoksisitas. Penelitian ini telah dilakukan pada lakukan di bulan Oktober 2022. Tujuan penelitian ini utuk mengetahui kadar SGPT pada penderita tuberkulosisparu selama pengobatan fase awal dan fase lanjutan. Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Kaluku Bodoa. Metode kinetik merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kadar SGPT. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada subjek penderita tuberkulosis paru selama pengobatan fase awal dan fase lanjutan yang melengkapi standar inklusi serta eksklusi sebanyak 15 subjek diantaranya pengobatan fase awal didapatkan sebanyak 4 subjek dengan rata-rata kadar SGPT sebesar 26,66% dan 1 subjekdengan rata – rata kadar SGPT sebesar 6,66%. Pengobatan fase lanjutan didapatkan sebanyak 4 subjek dengan rata-rata kadar SGPT sebesar 26,66% dan 6 subjek dengan rata-rata kadar SGPT sebesar 40,00%